Meninggal Karena Covid 19, Sembilan Hari Kemudian Wanita Ini Pulang Rumah

pondoknews.com – Apa jadinya jika tiba-tiba sanak saudara yang dinyatakan meninggal karena covid-19 tiba-tiba pulang ke rumah. Tentu itu menjadi hal yang bikin kaget sekaligus ngeri.

Hal itulah yang terjadi pada seorang wanita asal Spanyol. Lansia berusia 85 tahun bernama Rogelia Blanco ini bikin heboh. Pasalnya, ia diyakini pihak keluarga telah ‘berpulang’ karena terjangkit covid-19.

Ternyata kabar meninggalnya Rogelia merupakan salah paham belaka. Karena tiba-tiba setelah dinyatakan satu minggu meninggal dunia, Rogelia kembali ke rumah jompo tempat ia bernaung sejak menginjak usia lansia.

Padahal pihak keluarga sudah sempat melihat oeti jenazah Rogelia dikebumikan, namun tidak ada yang tahu apa dan siapa orang yang ada di dalam sana.

Dilansir laman Reuter Senin 25 Januari 2021. Kesalahan ini terjadi akibat protokol negara Spanyol yang melarang jenazah pasien covid-19 ‘dilihat’, karena jenazah harus lewat metode pemakaman khusus.

Kisah ini bermula saat keluarga Rogelia Blanco diberitahu bahwa pensiunan itu meninggal karena Covid-19 pada 13 Januari lalu dan pemakaman dilakukan keesokan harinya.

Karena protokol kesehatan virus corona, mereka tidak dapat hadir saat pemakaman. Hanya segelintir keluarga dekat yang ada di sana tanpa boleh melihat jenazah untuk terakhir kalinya.

Laman surat kabar La Voz de Galicia melaporkan, ketika 9 hari kemudian Rogelia Blanco tiba dengan kondisi bugar dan sehat kembali ke rumah jompo di Xove, Spanyol utara, pada hari Sabtu 23 Januari 2021, sungguh mengaggetkan. Bahkan sang suami yang ikut tinggal di sana menangis hingga tersedu.

“Saya tidak bisa mempercayainya. Saya menangis, setelah istri saya meninggal karena covid-19,” kata sang suami, Ramón Blanco.

Namun ia sangat kaget ketika mengetahui yang meninggal bukan lah isterinya melainkan teman sekamar isterinya saat menjalani perawatan Covid-19.

Surat kabar itu mengutip Yayasan San Rosendo Foundation, yang menjalankan rumah jompo itu, mengatakan terjadi kesalahan ketika Rogelia Blanco dan penghuni plain yang dinyatakan positif Covid-19 dipindahkan ke rumah perawatan lain pada 29 Desember untuk menjalani perawatan khusus.

“Di antara orang-orang lanjut usia yang dipindahkan ada dua wanita yang ditempatkan di ruangan yang sama,” kata pihak Yayasan, seperti dikutip media La Voz de Galicia.

Mereka dipindahkan ke residensi Os Gozos di Pereiro de Aguiar, 223 km (139 mil) dari Xove.

“Kesalahan identifikasi selama proses perpindahan dari Xove ke Pereiro de Aguiar menyebabkan ada satu orang dinyatakan meninggal pada 13 Januari lalu, tetapi identitasnya salah, “jelas pihak Yayasan.

Yayasan menyatakan penyesalannya atas “insiden malang itu”, kata surat kabar itu, mengutip pernyataan Yayasan itu.

“Ini adalah pertama kali, di antara lebih dari 100 yang dipindahkan sejak Desember lalu ke Os Gozos.”

“Atas kesalahan tersebut, pengadilan telah diberitahu untuk memperbaiki kesalahan atas kematian Blanco,” ujarnya.

Protokol pemakaman pasien covid-19 di Spanyol

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman umum yang berjudul “Pencegahan dan pengendalian infeksi untuk pengelolaan jenazah yang aman dalam konteks Covid-19” pada Maret 2020 untuk acuan bagi seluruh dunia.

Selain itu, otoritas kesehatan setiap negara mengeluarkan versinya sendiri, dengan mempertimbangkan budaya dan tradisi.

Masker Tiga Lapis. Foto: KSL NewsRadio

Di Inggris, pemakaman pasien covid-19 dapat dihadiri hingga 30 pelayat di kuburan dan krematorium dengan jarak sosial dan memakai masker.

Institut Robert Koch Jerman mencatat bahwa ritual mencuci juga harus dilakukan hanya di bawah aturan kebersihan yang ketat.

Menurut institut tersebut, setelah jenazah disiapkan untuk dimakamkan dan ditempatkan di peti mati, tindakan perlindungan tambahan tidak diperlukan.

Upacara pemakaman dengan peti terbuka dinilai tidak menimbulkan risiko bagi pelayat selama aturan umum seperti jarak fisik dipatuhi.

Sejak Jerman melakukan karantina wilayah sebagian pada 2 November, praktik pemakaman diizinkan, tetapi jumlah orang yang diizinkan untuk hadir dikurangi, tergantung pada ukuran tempat.

Selain tindakan virus corona biasa, penyelenggara harus menyimpan daftar orang yang menghadiri pemakaman, untuk membantu pihak berwenang dalam pelacakan kontak.

Di Spanyol, pemakaman, seperti hampir semua kegiatan sosial lainnya, juga dibatasi di tengah pandemi.

Pemakaman menjadi penyebab wabah pertama di Spanyol pada akhir Februari, yang menyebabkan setidaknya 70 orang tertular virus dan memaksa pemerintah melakukan karantina wilayah pertama di negara itu, tepatnya di Kota Haro.

Sekarang, masker adalah wajib dan pelukan tidak dianjurkan di negara ini.

Pada gelombang pertama, jumlah hadirin di pemakaman dibatasi hanya tiga orang tapi saat ini, peraturannya berbeda-beda di setiap wilayah, dengan jumlah maksimum berkisar antara 10 hingga 50 peserta, tergantung pada apakah pemakaman diadakan di dalam atau di luar ruangan.

Spanyol telah menyaksikan lebih banyak kematian tahun ini, dengan laporan kematian selama 2020 terbaru menunjukkan sekitar 70.000 lebih banyak daripada rata-rata dalam satu tahun. Lebih dari 44.000 nyawa itu secara resmi melayang karena Covid-19.

Madrid, wilayah yang paling terpukul, harus membuka dua arena skating besar untuk dijadikan kamar mayat ketika tidak ada tempat tersisa untuk menyimpan jenazah.

Sementara di Barcelona, jenazah disimpan di tempat parkir tiga lantai. Beberapa kota kecil seperti San Martin de Valdeiglesias kehabisan ruang di pemakaman. (Sumber:hops.id)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *