pondoknews.com – Pada Sabtu, kota Wuhan, China menandai satu tahun lockdown ketat selama 76 hari saat virus corona mulai menyebar di berbagai tempat dan pemerintah bergegas menerapkan berbagai tindakan untuk menghentikan penyebaran virus.
Di seluruh dunia, lebih dari 2,1 juta orang telah meninggal karena Covid-19 sejak virus itu muncul di Wuhan pada Desember 2019, dan lebih dari 98 orang telah terinfeksi.
Namun dibandingkan tahun lalu, gambar kota Wuhan saat ini jauh berbeda. Lalu lintas kembali ramai, trotoar dipenuhi pejalan kaki, termasuk lahan parkir umum dan transportasi publik, menandakan kota berpenduduk 11 juta jiwa itu telah pulih dan kembali normal.
“Menurut saya Wuhan cukup aman sekarang, lebih aman dari kampung saya dan banyak tempat lainnya di China,” kata salah seorang penduduk, Wang Yizhe (21), dikutip dari Times of Israel, Minggu (24/1).
Saat kehidupan di Wuhan telah kembali berjalan normal, dunia masih berjuang menghentikan pandemi yang diperparah dengan varian baru virus corona yang disebut lebih menular dibanding virus versi sebelumnya. Upaya vaksinasi di sejumlah negara menghadapi sejumlah kendala, salah satunya persediaan vaksin yang terbatas.
Lalu lintas di Wuhan tak terlalu padat tapi tak ada tanda pembatas yang setahun lalu mengisolasi lingkungan sekitarnya, mencegah pergerakan warga di seputar kota itu dan mengurung warga di dalam rumah dan apartemennya.
Wuhan menyumbang sebagian besar dari 4.635 kematian di China akibat Covid-19, jumlah yang sebagian besar tetap statis selama berbulan-bulan. Kota ini sebagian besar telah bebas dari wabah sejak lockdown dicabut pada 8 April tahun lalu.
Wuhan dipuji karena pengorbanannya mencegah pandemi meluas ke seluruh China, diubah menjadi semacam Stalingrad dalam perang China melawan virus.
“Kami pikir Wuhan adalah kota heroik. Menghentikan perekonomiannya untuk membantu China mengatasi pandemi. Ini adalah tindakan terhormat,” kata salah seorang penduduk, Chen Jiali (24).
Sejak lockdown dicabut, Wuhan terhindar dari wabah lebih lanjut, yang menurut Yao Dongyu dikaitkan dengan kesadaran yang meningkat akibat pengalaman traumatis tahun lalu.
“Saat itu, masyarakat sangat gelisah, tapi pemerintah sangat mendukung kami. Itu jaminan yang sangat kuat, jadi kami melewati ini bersama-sama, “kata Yao (24), seorang guru kimia.
“Sejak warga Wuhan mengalami pandemi, mereka melakukan tindakan pencegahan pribadi lebih baik daripada orang di daerah lain.”
Sejumlah Negara Masih Berjuang Atasi Pandemi
Sementara itu, wabah di Hong Kong memburuk, memaksa ribuan orang di-lockdown, kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Ibu kota Norwegia, Oslo, memperketat pembatasan setelah virus varian Inggris ditemukan di panti jompo, menutup semua tempat usaha kecuali toko yang menjual kebutuhan esensial dan memerintahkan warga membatasi pergerakan.
Sementara itu, Belanda memberlakukan jam malam pertama sejak Perang Dunia II, dari pukul 21.00 sampai 04.30.
Di Bogota, Kolombia, penduduk berada di bawah karantina akhir pekan ketiga berturut-turut, di mana semua toko non-esensial ditutup pukul 20.00 sampai 04.00.
Di Meksiko lebih dari 146.000 orang meninggal. Rumah sakit mulai kewalahan menerima pasien dan banyak orang mengantre berjam-jam untuk membeli oksigen untuk merawat keluarga mereka yang terkena Covid-19 di rumah.
Penyelidikan Asal Usul Virus Corona
Di Wuhan, tim ahli WHO masih dikarantina di hotel. Belum lama ini mereka tiba di Wuhan untuk menyelidiki asal usul virus corona.
“Semua hipotesis telah kami pegang,” jelas Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan dalam konferensi pers di Jenewa.
“Dan sudah pasti terlalu dini untuk menyimpulkan di mana tepatnya virus ini bermula, baik di dalam atau di luar China.” (Sumber: merdeka.com)